Penterjemah Jepang ke Inggris:
Yukkuri
Oniisan
Penterjemah Inggris ke Indonesia:
Yukkuri
Oniisan
Bab 1. Apa Curang it Perlu?
Bagian 5
Aku terbangun setelah mencium bau sup.
Aku sendirian saja di dalam kereta. Gai, Pak
Swyn dan Pak Panama tidak ada di sini. Ahm tapi ada Roh Angin dan Roh Air yang
duduk i tangga masuk kereta.
Setelah Roh Angin melihatku terbangun, dia
mengajakku dengan gerakan tangan untuk mendekat.
Sewaktu aku sampai ke tempatnya duduk, aku
melihat pemandangan di luar. Angota kelompok yang lain sedang mempersiapkan
makan siang. Mereka telah membuat kompor terbuka dan menaruh panci berisi sup
di atas api Orang yang sedang mengaduk sup adalah Pak Swyn.
Panama-san sedang menusuk roti dengan tusukan
kayu untuk memanggangnya.
Sementara, Gai bersiap-siap di atas meja dengan
sendok di tangannya.
Un, benar-benar deh, keahlianmu cuma makan saja
kan? Akan tetapi aku juga hanya anak usia 5 tahun.
Roh Tanah duduk di aas kompo, sementara Roh Api
memperhatikan api yang berkobar dengan tatapan serius dan mengambil langkah
menari dengan gembira.
Tampaknya anak-anak inilah yang membuat kompor
tersebut.
Pak Gaze dan Pak Blum keluar dari antara
pohon-pohon, membawa ranting-ranting kering sebagai kayu bakar. Sang Kapten
melangkah masuk ke bayangan kereta membawa peta di tangannya. Apakah dia sedang
memeriksa rute yang telah kita ambil?
「Ah, kamu sudah bangun, Nona Kecil?」
Pada saat dia melewatiku, dia melihat kalau aku
sudah bangun. Jadi dia mengangkut turun dengan kedua tangannya.
「Bagaimana keadaanmu?」
「Aku merasa baikan setelah tidur.」
Semuanya berkat para Roh.
Pada saat aku tidur, sewaktu tubuhku lemah,
para Roh dengan lembut membelaiku, dan tentunya mereka memantera sihir
penyembuhan kepadaku. Bahkan jika mereka tidak menerima tenaga sihir apapun
dariku. Mereka sungguh anak-anak yang baik.
Akupun duduk di samping Gai, dan menerima
mangkok kayu dansendok kayu.
Roti panggang yang agak keras akan menjadi
lembek setelah mencelupkannya ke dalam sop.
「Terima kasih atas makanannya. Mari kita makan.」
Tidak lama setelah Pak Swyn mengatakannya, Gai
dengan gesit melahapnya. Bahkan jika roti di hadapannya keras, setelah
mencelupkannya ke dalam sop sebentar dia langsung memakannya begitu saja.
Kau bisa tersedak tahu?
Tidak seperti Gai, aku meminum supnya.
Oh ya, apakah para Roh tidak memerlukan
makanan?
Karena mereka memakan Tenaga Sihir yang
Penyihir lepaskan sewaktu mereka meminta para Roh untuk melakukan sihir?
Karena mereka telah melakukan sihir kepadaku
walaupun aku tidak memintanya, apakah sebaiknya aku memerikan tenaga sihir
kepada mereka sebagai tanda terima kasih?
Akan tetapi bagaimana cara melakukannya?
Bertanya kepada Pak Swyn sama seperti menggoyang sarang lebah.
Jika aku menggunakan sihir dalam Light Novel
sebagai referensiku, biasanya sihir digambarkan sebagai aliran tenaga di dalam
diriku.
Fufufufufu Begini-begini aku bisa Qiqong,
karena aku dulu pernah belajar tentang hal ini.
Yah, namun hanya sebatas belajar sekedarnya
saja. Jadi aku tidak benar-benar paham betul.
Walaupun, aku bilang aku tahu Qiqong hanya
sekedar meraba permukaannya saja.
Akan tetapi, pengetahuan sempurna tidak
dibutuhkan untuk keadaanku sekarang. Apalagi Pak Swyn pernah berkata: Hal
Terpenting dalam Sihir adalah Imaginasi. Anime, manga, light novel, aku sudah
baca mereka semua jadi aku punya banyak imaginasi yang bisa aku gunakan.
Bahkan jikalau pengetahuanku hanya dangkal,
dapat dilengkapi dengan imaginasi.
Jika kita menganggap Qi sama seperti Tenaga
Sihir, mungkin aku perlu untuk membentuknya dalam Putaran Kecil lalu
mengumpulkannya ke telunjuk tangan kananku.
Sementara aku menikmati roti yang aku makan,
aku sedikit melihat ke bawah dan memulai percobaan.
Etto, pertama tarik nafas dalam.
Kemudian titik permulaannya adalah mengubah
Titik Inti menjadi Tungku.
Namun aku ingat kalau pada wanita letak
Tungkunya adalah di Titik Inti Tengah (Istana Merah) di dada. Apakah letaknya
dekat dengan jantung? Aku tidak benar-benar tahu.
Aku tidak ingat jenis kelaminku di kehidupan
lampau, jadi aku tidak tahu metode mana yang tepat.
Akan tetapi aku adalah perempuan sekarang jadi
Titik Inti Tengah adalah pusat Qi-ku.
Aku membayangkan sebuah bola tenaga sihir ada
di dalam dadaku, kemudian aku selangah demi selangkah aku memutarnya di titik
tersebut. Kemudian aku membayangkan tenaga yang sudah dibentuk itu mengalir
melalui bahu kananku, kemudian ke lengan, sebelum dikumpulkan di ujung telunjuk
tangan kananku.
Aku melakukannya dengan mudah.
Tanganku bersinar dengan warna Madu.
「 Mira?」
「!? Ya?」
Mendadak Pak Swyn memanggilku, konsentrasiku
pun buyar. Cahayanya sudah menghilang. Benar-benar menggagetkanku. Apakah aku
ketahuan? Aku ketahuan, bukan?
Apakah aku menjawab dengan nada panik?
Pak Swyne dengan lembut berkata kepada diriu
yang mencurigakan, 「Aku
hanya berpikir apakah kamu masih emrasa tidak enak badan.」
‘Maaf, aku baru saja mengumpulkan Tenaga
Sihir.’ Tentu saja aku tidak dapat mengatakannya.
「Tidak, aku hanya terbengong sebentar saja.」
「Apa kamu masih ngantuk?」
Bagu Gai! Kamu sekali-kali berguna juga!
Aku berkonsentrasi sembari mengisi mulutku
dengan roti, untuk memberikan tenga sihir kepada para Roh, aku mulai mencari
keberadaan mereka.
Are? Bukannya mereka tadi ada di dekat tungku
barusan........
Aku memindahkan pandanganku dan dekat tumpuan
kayu bakar aku menemukan benda berbentuk bola.
Aku menjadi bingung.
Apa mereka sedang bermain Oshikuramanjuu
(mendorong satu sama lain dengan punggung)
Tidak, mereka gemetar. Apa mereka takut akan
sesuatu?
Roh Api melihat kalau aku sedang memperhatikan
mereka dan dengan buru-buru dia berbicara sesatu. Namun sama seperti dengan Roh
Angin, aku tidak dapat mendengar suara mereka. Dia lalu menunjuk dengan tangan
kecilnya ke arah kereta.
Kereta diparkir di atas sebuah bukit, sementara
para kuda setelah mereka dilepaskan dari kuk, sedang memakan rumput dengan
tenang, sama seperti para kuda perangilik para Ksatria.
Para Roh lain bergabung dan menggerakkan tangan
mereka untuk menyampaikan sesuatu.
Aku tidak mengerti.
Melihatku termenung Pak Swyn sekali lagi
memanggil aku. Pada saat aku sedang berpikir bagaimana cara untuk berbohong
kepadanya, tiba-tiba di dalam pikiranku sebuah kata melayang-layang.
6 Huruf.
『Bahaya』
「Eh?」
Aku tanpa sadar mengeluarkan suara, para Roh
segara melihat ke arahku.
Wajah mereka berbinar-binar.
Sekali lagi, kata-kata melayang-layang di dalam
pikiranku Sekarang ada dua buah kata.
『Bahaya』
『Lari』
Rasanya sama seperti teks dalam monitor
komputer, melayang satu per satu, dan mulai bertambah banyak perlahan-lahan.
Pikiranku seakan-akan penuh sesak dan mulai mengganggu aku berpikir.
『Bahaya』
『Lari』
『Lari』
『Musuh』
『Lari』『Lari』『Lari』『Lari』『Lari!』
「Mira!」
Aku tersadar dengan Pak Swyn memegang kedua
pundakku.
「Ada apa Mira?」
Aku mau menjawab PakSwyn yang khawatir dengan
keadaku, namun pikiranku dijejali dengan peringatan sehingga aku tidak dapat
berpikir.
「.............Para Roh, ketakutan.......」
Apa yang keluar dari mulutku hanyalah celotehan
tidak jelas.
「Apakah kamu dapat melihat para Roh?」
『Bahaya』
『Lari』
『Datang!』
「Apa yang bahaya? Apa yang datang?」
Aku tidak menjawab Pak Swyn, menutup mataku dan
berteriak.
『Pemakan Sihir!』
Pada saat yang bersamaan, terdengar sebuah
auman yang memekakkan telinga.
Para kuda mulai bersuara liar.
Pandangan semua orang tertuju ke arah kereta,
dan membeku.
Akan tetapi para Ksatria hanya terdiam sejenak
saja, dalam sekejab mata mereka telah menghunuskan pedang dan bersiap untuk
bertarung.
「Yang benar saja. Pemakan Sihir benar-benar
datang ke sini.」
「Sial, ini sih Raksasa!」
「Aku harus melayangkan protes ke Guild habis
ini.」
「Benar-benar deh.」
Hewan itu datang mendarat di atas bukit. Di
tengah-tengah puing-puing kereta yang hancur, walaupun sedikit kotor sisik
hitamnya bersinar, sebuah Hewan Setan yang berukuran lebih dari 5 meter dan menjilat
bibirnya.
☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽
No comments:
Post a Comment