Tuesday, September 29, 2015

Sang Pereinkarnasi Tidak Ingin Curang. Bab 1 - Bagian 5.

Penterjemah Jepang ke Inggris:
Yukkuri Oniisan
Penterjemah Inggris ke Indonesia:
Yukkuri Oniisan

Bab 1. Apa Curang it Perlu?
Bagian 5

Aku terbangun setelah mencium bau sup.
Aku sendirian saja di dalam kereta. Gai, Pak Swyn dan Pak Panama tidak ada di sini. Ahm tapi ada Roh Angin dan Roh Air yang duduk i tangga masuk kereta.
Setelah Roh Angin melihatku terbangun, dia mengajakku dengan gerakan tangan untuk mendekat.
Sewaktu aku sampai ke tempatnya duduk, aku melihat pemandangan di luar. Angota kelompok yang lain sedang mempersiapkan makan siang. Mereka telah membuat kompor terbuka dan menaruh panci berisi sup di atas api Orang yang sedang mengaduk sup adalah Pak Swyn.
Dia percis seperti Nenek Sihir dan kuali berbuih dalam dongeng.
Panama-san sedang menusuk roti dengan tusukan kayu untuk memanggangnya.
Sementara, Gai bersiap-siap di atas meja dengan sendok di tangannya.
Un, benar-benar deh, keahlianmu cuma makan saja kan? Akan tetapi aku juga hanya anak usia 5 tahun.
Roh Tanah duduk di aas kompo, sementara Roh Api memperhatikan api yang berkobar dengan tatapan serius dan mengambil langkah menari dengan gembira.
Tampaknya anak-anak inilah yang membuat kompor tersebut.

Pak Gaze dan Pak Blum keluar dari antara pohon-pohon, membawa ranting-ranting kering sebagai kayu bakar. Sang Kapten melangkah masuk ke bayangan kereta membawa peta di tangannya. Apakah dia sedang memeriksa rute yang telah kita ambil?

Ah, kamu sudah bangun, Nona Kecil?

Pada saat dia melewatiku, dia melihat kalau aku sudah bangun. Jadi dia mengangkut turun dengan kedua tangannya.

Bagaimana keadaanmu?
Aku merasa baikan setelah tidur.

Semuanya berkat para Roh.
Pada saat aku tidur, sewaktu tubuhku lemah, para Roh dengan lembut membelaiku, dan tentunya mereka memantera sihir penyembuhan kepadaku. Bahkan jika mereka tidak menerima tenaga sihir apapun dariku. Mereka sungguh anak-anak yang baik.

Akupun duduk di samping Gai, dan menerima mangkok kayu dansendok kayu.
Roti panggang yang agak keras akan menjadi lembek setelah mencelupkannya ke dalam sop.

Terima kasih atas makanannya. Mari kita makan.

Tidak lama setelah Pak Swyn mengatakannya, Gai dengan gesit melahapnya. Bahkan jika roti di hadapannya keras, setelah mencelupkannya ke dalam sop sebentar dia langsung memakannya begitu saja.
Kau bisa tersedak tahu?
Tidak seperti Gai, aku meminum supnya.
Oh ya, apakah para Roh tidak memerlukan makanan?
Karena mereka memakan Tenaga Sihir yang Penyihir lepaskan sewaktu mereka meminta para Roh untuk melakukan sihir?
Karena mereka telah melakukan sihir kepadaku walaupun aku tidak memintanya, apakah sebaiknya aku memerikan tenaga sihir kepada mereka sebagai tanda terima kasih?
Akan tetapi bagaimana cara melakukannya? Bertanya kepada Pak Swyn sama seperti menggoyang sarang lebah.

Jika aku menggunakan sihir dalam Light Novel sebagai referensiku, biasanya sihir digambarkan sebagai aliran tenaga di dalam diriku.
Fufufufufu Begini-begini aku bisa Qiqong, karena aku dulu pernah belajar tentang hal ini.
Yah, namun hanya sebatas belajar sekedarnya saja. Jadi aku tidak benar-benar paham betul.
Walaupun, aku bilang aku tahu Qiqong hanya sekedar meraba permukaannya saja.
Akan tetapi, pengetahuan sempurna tidak dibutuhkan untuk keadaanku sekarang. Apalagi Pak Swyn pernah berkata: Hal Terpenting dalam Sihir adalah Imaginasi. Anime, manga, light novel, aku sudah baca mereka semua jadi aku punya banyak imaginasi yang bisa aku gunakan.
Bahkan jikalau pengetahuanku hanya dangkal, dapat dilengkapi dengan imaginasi.
Jika kita menganggap Qi sama seperti Tenaga Sihir, mungkin aku perlu untuk membentuknya dalam Putaran Kecil lalu mengumpulkannya ke telunjuk tangan kananku.

Sementara aku menikmati roti yang aku makan, aku sedikit melihat ke bawah dan memulai percobaan.
Etto, pertama tarik nafas dalam.
Kemudian titik permulaannya adalah mengubah Titik Inti menjadi Tungku.
Namun aku ingat kalau pada wanita letak Tungkunya adalah di Titik Inti Tengah (Istana Merah) di dada. Apakah letaknya dekat dengan jantung? Aku tidak benar-benar tahu.
Aku tidak ingat jenis kelaminku di kehidupan lampau, jadi aku tidak tahu metode mana yang tepat.
Akan tetapi aku adalah perempuan sekarang jadi Titik Inti Tengah adalah pusat Qi-ku.
Aku membayangkan sebuah bola tenaga sihir ada di dalam dadaku, kemudian aku selangah demi selangkah aku memutarnya di titik tersebut. Kemudian aku membayangkan tenaga yang sudah dibentuk itu mengalir melalui bahu kananku, kemudian ke lengan, sebelum dikumpulkan di ujung telunjuk tangan kananku.
Aku melakukannya dengan mudah.
Tanganku bersinar dengan warna Madu.

Mira?
!? Ya?

Mendadak Pak Swyn memanggilku, konsentrasiku pun buyar. Cahayanya sudah menghilang. Benar-benar menggagetkanku. Apakah aku ketahuan? Aku ketahuan, bukan?
Apakah aku menjawab dengan nada panik?
Pak Swyne dengan lembut berkata kepada diriu yang mencurigakan, Aku hanya berpikir apakah kamu masih emrasa tidak enak badan.
‘Maaf, aku baru saja mengumpulkan Tenaga Sihir.’ Tentu saja aku tidak dapat mengatakannya.

Tidak, aku hanya terbengong sebentar saja.
Apa kamu masih ngantuk?

Bagu Gai! Kamu sekali-kali berguna juga!

Aku berkonsentrasi sembari mengisi mulutku dengan roti, untuk memberikan tenga sihir kepada para Roh, aku mulai mencari keberadaan mereka.
Are? Bukannya mereka tadi ada di dekat tungku barusan........
Aku memindahkan pandanganku dan dekat tumpuan kayu bakar aku menemukan benda berbentuk bola.
Aku menjadi bingung.
Apa mereka sedang bermain Oshikuramanjuu (mendorong satu sama lain dengan punggung)
Tidak, mereka gemetar. Apa mereka takut akan sesuatu?
Roh Api melihat kalau aku sedang memperhatikan mereka dan dengan buru-buru dia berbicara sesatu. Namun sama seperti dengan Roh Angin, aku tidak dapat mendengar suara mereka. Dia lalu menunjuk dengan tangan kecilnya ke arah kereta.
Kereta diparkir di atas sebuah bukit, sementara para kuda setelah mereka dilepaskan dari kuk, sedang memakan rumput dengan tenang, sama seperti para kuda perangilik para Ksatria.
Para Roh lain bergabung dan menggerakkan tangan mereka untuk menyampaikan sesuatu.
Aku tidak mengerti.
Melihatku termenung Pak Swyn sekali lagi memanggil aku. Pada saat aku sedang berpikir bagaimana cara untuk berbohong kepadanya, tiba-tiba di dalam pikiranku sebuah kata melayang-layang.
6 Huruf.

Bahaya

Eh?

Aku tanpa sadar mengeluarkan suara, para Roh segara melihat ke arahku.
Wajah mereka berbinar-binar.
Sekali lagi, kata-kata melayang-layang di dalam pikiranku Sekarang ada dua buah kata.

Bahaya
Lari

Rasanya sama seperti teks dalam monitor komputer, melayang satu per satu, dan mulai bertambah banyak perlahan-lahan. Pikiranku seakan-akan penuh sesak dan mulai mengganggu aku berpikir.

Bahaya               Lari
Lari                     Musuh
Lari』『Lari』『Lari』『Lari』『Lari!

Mira!

Aku tersadar dengan Pak Swyn memegang kedua pundakku.

Ada apa Mira?

Aku mau menjawab PakSwyn yang khawatir dengan keadaku, namun pikiranku dijejali dengan peringatan sehingga aku tidak dapat berpikir.

.............Para Roh, ketakutan.......

Apa yang keluar dari mulutku hanyalah celotehan tidak jelas.

Apakah kamu dapat melihat para Roh?

Bahaya
Lari
Datang!

Apa yang bahaya? Apa yang datang?

Aku tidak menjawab Pak Swyn, menutup mataku dan berteriak.

Pemakan Sihir!

Pada saat yang bersamaan, terdengar sebuah auman yang memekakkan telinga.
Para kuda mulai bersuara liar.
Pandangan semua orang tertuju ke arah kereta, dan membeku.
Akan tetapi para Ksatria hanya terdiam sejenak saja, dalam sekejab mata mereka telah menghunuskan pedang dan bersiap untuk bertarung.

Yang benar saja. Pemakan Sihir benar-benar datang ke sini.
Sial, ini sih Raksasa!
Aku harus melayangkan protes ke Guild habis ini.
Benar-benar deh.

Hewan itu datang mendarat di atas bukit. Di tengah-tengah puing-puing kereta yang hancur, walaupun sedikit kotor sisik hitamnya bersinar, sebuah Hewan Setan yang berukuran lebih dari 5 meter dan menjilat bibirnya.

☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽☾☽


No comments:

Post a Comment